Meskipun penyebab sebenarnya dari penyakit ini belum diketahui dengan
pasti, penelitian membuktikan bahwa wanita-wanita berusia tua yang
belum pernah melahirkan, atau para wanita yang tidak subur atau mandul
juga mempunyai resiko untuk menderita penyakit ini. Faktor hormon dan
keturunan juga mempengaruhi resiko terjadinya kanker indung telur.
Sementara itu, wanita yang mempunyai anak dan menyusui ternyata dapat
mengurangi resiko terjadinya kanker indung telur secara signifikan.
Tumor ovarium diperkirakan 30% dari seluruh kanker pada sistem genitalia wanita, kira-kira 80% tumor jinak lebih sering dijumpai pada usia 20-45 tahun, tumor borderline dijumpai pada usia yang lebih tua, dan tumor ganas umumnya antara usia 45 tahun dan 65 tahun.
Peningkatan insidensi kanker ini erat hubungannya dengan semakin meningkatnya usia, jumlah paritas dan penggunaan oral kontrasepsi pada negara berkembang. Angka kejadian tumor ovarium lebih rendah bila dibandingkan dengan kanker serviks dan uterus namun kanker ini memiliki mortalitas tertinggi di antara tumor ganas ginekologik.
Pada umumnya kanker ini ditemukan pada stadium lanjut, dan sebagian besar tumor sudah menyebar ke organ lain. Yang menyebabkan tumor ini demikian berbahaya bukan frekwensinya tetapi letalitasnya karena pertumbuhannya yang tidak menimbulkan gejala, itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam tapi mematikan (silent killer).
Setiap tahun lebih dari 23.000 kasus baru yang terdiagnosa dan sekitar 13.900 di antaranya meninggal dunia, kanker ovarium menjadi penyebab tersering kelima penyebab kematian perempuan pada tahun 2001.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden tumor ovarium sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu. tumor ovarium pada umum dijumpai pada wanita usia yang lebih tua, post menopause, hampir 80% kasus tumor ovarium dijumpai pada wanita usia diatas 50 tahun.
Menurut data terbaru insidensi kanker ovarium dari Surveillance Epidemiology and End Result 10 tahun terakhir kanker ovarium berada pada urutan ke lima penyebab kematian pada kanker ginekologi wanita.
Insiden meningkat di negara-negara berkembang seperti di Amerika Utara dan Eropa Barat, kanker ini 90% berasal dari karsinoma epitel stroma ovarium. Tumor sel germinal mempunyai perbandingan yang signifikan (20%) dari seluruh jenis kanker ovarium di beberapa negara Asia, khususnya di negara Jepang.
Bagaimana dengan di Indonesia, tumor ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah kanker serviks, kanker payudara, kolorektal, kanker kulit, limfoma. Pada penelitian di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (1989-1995) didapatkan tumor ovarium jenis epitel 55,98% dan kanker ovarium non epitel 44,02%. Kanker ovarium epitel jenis serosum 44,44%, musinosum 19,66%, endometrioid 10,26%, clear cell 5,13% dan mixed epithelial malignant 0,85%.
Menurut Rezkini penelitian yang dilakukan di departemen Patologi Anatomi FKUI/RSUPN-CM pada tahun 1997-2006 didapatkan tumor ovarium sebanyak 2266 kasus, dimana jenis epitel sebanyak 1592 kasus(70,26%), di ikuti jenis Germ cell sebanyak 578 kasus(25,5%), sex cord sebanyak 96 kasus(4,24%) dan usia termuda 0-9 tahun dan tertua 80-89 tahun.
Hampir 70% kanker ovarium terdiagnosis pada stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan angka harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15-20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.
Kanker ini termasuk kanker yang sangat perlu di waspadai bagi kaum wanita. Seperti halnya kanker payudara dan kanker serviks, ini juga sangat berbahaya. Jadi, mari mencegah kanker ini sedini mungkin.
Tumor ovarium diperkirakan 30% dari seluruh kanker pada sistem genitalia wanita, kira-kira 80% tumor jinak lebih sering dijumpai pada usia 20-45 tahun, tumor borderline dijumpai pada usia yang lebih tua, dan tumor ganas umumnya antara usia 45 tahun dan 65 tahun.
Peningkatan insidensi kanker ini erat hubungannya dengan semakin meningkatnya usia, jumlah paritas dan penggunaan oral kontrasepsi pada negara berkembang. Angka kejadian tumor ovarium lebih rendah bila dibandingkan dengan kanker serviks dan uterus namun kanker ini memiliki mortalitas tertinggi di antara tumor ganas ginekologik.
Pada umumnya kanker ini ditemukan pada stadium lanjut, dan sebagian besar tumor sudah menyebar ke organ lain. Yang menyebabkan tumor ini demikian berbahaya bukan frekwensinya tetapi letalitasnya karena pertumbuhannya yang tidak menimbulkan gejala, itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam tapi mematikan (silent killer).
Setiap tahun lebih dari 23.000 kasus baru yang terdiagnosa dan sekitar 13.900 di antaranya meninggal dunia, kanker ovarium menjadi penyebab tersering kelima penyebab kematian perempuan pada tahun 2001.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden tumor ovarium sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu. tumor ovarium pada umum dijumpai pada wanita usia yang lebih tua, post menopause, hampir 80% kasus tumor ovarium dijumpai pada wanita usia diatas 50 tahun.
Menurut data terbaru insidensi kanker ovarium dari Surveillance Epidemiology and End Result 10 tahun terakhir kanker ovarium berada pada urutan ke lima penyebab kematian pada kanker ginekologi wanita.
Insiden meningkat di negara-negara berkembang seperti di Amerika Utara dan Eropa Barat, kanker ini 90% berasal dari karsinoma epitel stroma ovarium. Tumor sel germinal mempunyai perbandingan yang signifikan (20%) dari seluruh jenis kanker ovarium di beberapa negara Asia, khususnya di negara Jepang.
Bagaimana dengan di Indonesia, tumor ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah kanker serviks, kanker payudara, kolorektal, kanker kulit, limfoma. Pada penelitian di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (1989-1995) didapatkan tumor ovarium jenis epitel 55,98% dan kanker ovarium non epitel 44,02%. Kanker ovarium epitel jenis serosum 44,44%, musinosum 19,66%, endometrioid 10,26%, clear cell 5,13% dan mixed epithelial malignant 0,85%.
Menurut Rezkini penelitian yang dilakukan di departemen Patologi Anatomi FKUI/RSUPN-CM pada tahun 1997-2006 didapatkan tumor ovarium sebanyak 2266 kasus, dimana jenis epitel sebanyak 1592 kasus(70,26%), di ikuti jenis Germ cell sebanyak 578 kasus(25,5%), sex cord sebanyak 96 kasus(4,24%) dan usia termuda 0-9 tahun dan tertua 80-89 tahun.
Hampir 70% kanker ovarium terdiagnosis pada stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan angka harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15-20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.
Kanker ini termasuk kanker yang sangat perlu di waspadai bagi kaum wanita. Seperti halnya kanker payudara dan kanker serviks, ini juga sangat berbahaya. Jadi, mari mencegah kanker ini sedini mungkin.