dan pola makan masyarakat barat cenderung memiliki peningkatan kasus kanker usus.
Colon juga dikenal dengan usus besar, merupakan bagian usus besar yang terpanjang. Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan, yang merupakan saluran sepanjang 150 – 180 cm ; sepanjang 150 cm yang pertama itulah yang disebut colon, yang kemudian menghubungkan sepanjang kira-kira 15 cm dari dubur (rectum) dan berakhir di anus.
Tiga atau empat jam setelah makan, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh diserap dan menyisakan sampah berupa cairan (liquid). Fungsi dari colon adalah sebagai pengubah liquid limbah tersebut menjadi feses. Feses dapat tersimpan di mana saja pada colon, mulai dari sepuluh jam hingga beberapa hari sampai akhirnya dibuang melalui anus. Telah banyak anggapan dan nasihat namun belum terbukti, bahwa semakin lama kotoran berada pada colon, semakin besar pula risiko terkena kanker usus.
Kanker usus besar satu paket dengan pertumbuhan sel-sel kanker pada colon, rectum, dan usus buntu (appendix). Kebanyakan kasus kanker usus besar dicurigai tumbuh dari adenomatous polyps pada colon. Bagian yang berbentuk menyerupai jamur ini biasanya tumbuh jinak, namun seiring dengan berjalannya waktu ia dapat berkembang menjadi kanker. Proses ini berlangsung selama bertahun-tahun sehingga memungkinkan untuk dideteksi lebih dini untuk mengendalikannya.
Gejala
Gejala kanker usus besar sangat beragam dan tidak spesifik. Bisa berupa keletihan, lemah dan lesu, bernapas pendek, perubahan kebiasaan pada usus, sering buang air besar, diare, konstipasi, darah berwarna merah gelap pada kotoran, berat badan menurun, sakit di sekitar perut, kram, dan kembung pada perut.
Indikasi lainnya berupa iritasi usus (irritable bowel syndrome) yang menyebabkan usus menjadi kaku, radang usus kronis (ulcerative colitis), penyakit Crohn, diverticulosis, dan penyakit borok perut (peptic ulcer disease). Kesemuanya merupakan gejala yang mengarah pada kanker usus besar. Namun seringkali gejala-gejala di atas tidak mesti berujung pada kanker sebab ada penyakit-penyakit lain dengan gejala yang sama seperti ini. Jadi, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter Anda sesegera mungkin untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat.
Risiko seseorang terkena kanker usus besar meningkat setelah ia berumur 50 tahun. Namun, kasus yang berkembang akhir-akhir ini melaporkan bahwa setiap tahun banyak juga penderita yang berusia lebih muda. Individu dengan riwayat keluarga yang akrab dengan kanker usus besar, polyps, dan penyakit kanker menurun lainnya seperti FAP (Familial Adenomatous Polyposis – penyakit langka penyebab ribuan polip di usus besar) dan HNPCC (Hereditary NonPolyposis Colorectal Cancer – kanker akibat kelainan gen) memiliki risiko besar terkena hal yang serupa.
Begitu pula dengan individu yang pernah mengalami radang usus kronis dan penyakit Crohn, mereka sangat rentan dan membutuhkan tes atau screening awal untuk mendeteksi kanker. Seseorang dengan hubungan keluarga berkategori ‘first degree’ (orangtua, saudara kandung, anak), yang salah satu atau beberapa dari keluarga tersebut menderita kanker usus besar, memiliki dua atau tiga kali kemungkinan lebih besar dalam mengembangkan penyakit ini.
Perawatan terhadap kanker usus tergantung pada tingkatan atau ‘stage’ dari kanker tersebut. Jika kanker ditemui sejak dini (penyebarannya masih sedikit), maka ia dapat disembuhkan. Namun jika dideteksi agak terlambat, dalam arti telah ada peningkatan ‘stage’, kemungkinan penyembuhannya akan berkurang. Apalagi jika telah mencapai stage akhir di mana sel-sel kanker telah menyebar luas, tindakan pembedahan menjadi satu-satunya cara bersama kemoterapi dan radioterapi dengan memperhatikan faktor-faktor medis dan individu yang mempengaruhi.
Colon juga dikenal dengan usus besar, merupakan bagian usus besar yang terpanjang. Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan, yang merupakan saluran sepanjang 150 – 180 cm ; sepanjang 150 cm yang pertama itulah yang disebut colon, yang kemudian menghubungkan sepanjang kira-kira 15 cm dari dubur (rectum) dan berakhir di anus.
Tiga atau empat jam setelah makan, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh diserap dan menyisakan sampah berupa cairan (liquid). Fungsi dari colon adalah sebagai pengubah liquid limbah tersebut menjadi feses. Feses dapat tersimpan di mana saja pada colon, mulai dari sepuluh jam hingga beberapa hari sampai akhirnya dibuang melalui anus. Telah banyak anggapan dan nasihat namun belum terbukti, bahwa semakin lama kotoran berada pada colon, semakin besar pula risiko terkena kanker usus.
Kanker usus besar satu paket dengan pertumbuhan sel-sel kanker pada colon, rectum, dan usus buntu (appendix). Kebanyakan kasus kanker usus besar dicurigai tumbuh dari adenomatous polyps pada colon. Bagian yang berbentuk menyerupai jamur ini biasanya tumbuh jinak, namun seiring dengan berjalannya waktu ia dapat berkembang menjadi kanker. Proses ini berlangsung selama bertahun-tahun sehingga memungkinkan untuk dideteksi lebih dini untuk mengendalikannya.
Gejala
Gejala kanker usus besar sangat beragam dan tidak spesifik. Bisa berupa keletihan, lemah dan lesu, bernapas pendek, perubahan kebiasaan pada usus, sering buang air besar, diare, konstipasi, darah berwarna merah gelap pada kotoran, berat badan menurun, sakit di sekitar perut, kram, dan kembung pada perut.
Indikasi lainnya berupa iritasi usus (irritable bowel syndrome) yang menyebabkan usus menjadi kaku, radang usus kronis (ulcerative colitis), penyakit Crohn, diverticulosis, dan penyakit borok perut (peptic ulcer disease). Kesemuanya merupakan gejala yang mengarah pada kanker usus besar. Namun seringkali gejala-gejala di atas tidak mesti berujung pada kanker sebab ada penyakit-penyakit lain dengan gejala yang sama seperti ini. Jadi, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter Anda sesegera mungkin untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat.
Risiko seseorang terkena kanker usus besar meningkat setelah ia berumur 50 tahun. Namun, kasus yang berkembang akhir-akhir ini melaporkan bahwa setiap tahun banyak juga penderita yang berusia lebih muda. Individu dengan riwayat keluarga yang akrab dengan kanker usus besar, polyps, dan penyakit kanker menurun lainnya seperti FAP (Familial Adenomatous Polyposis – penyakit langka penyebab ribuan polip di usus besar) dan HNPCC (Hereditary NonPolyposis Colorectal Cancer – kanker akibat kelainan gen) memiliki risiko besar terkena hal yang serupa.
Begitu pula dengan individu yang pernah mengalami radang usus kronis dan penyakit Crohn, mereka sangat rentan dan membutuhkan tes atau screening awal untuk mendeteksi kanker. Seseorang dengan hubungan keluarga berkategori ‘first degree’ (orangtua, saudara kandung, anak), yang salah satu atau beberapa dari keluarga tersebut menderita kanker usus besar, memiliki dua atau tiga kali kemungkinan lebih besar dalam mengembangkan penyakit ini.
Perawatan terhadap kanker usus tergantung pada tingkatan atau ‘stage’ dari kanker tersebut. Jika kanker ditemui sejak dini (penyebarannya masih sedikit), maka ia dapat disembuhkan. Namun jika dideteksi agak terlambat, dalam arti telah ada peningkatan ‘stage’, kemungkinan penyembuhannya akan berkurang. Apalagi jika telah mencapai stage akhir di mana sel-sel kanker telah menyebar luas, tindakan pembedahan menjadi satu-satunya cara bersama kemoterapi dan radioterapi dengan memperhatikan faktor-faktor medis dan individu yang mempengaruhi.