Rabu, 17 September 2014

Penyebab Gangguan Pendengaran Dan Ketulian Pada Anak

Penyebab Gangguan Pendengaran Dan Ketulian Pada AnakBerbeda dengan keadaan cacat yang lain, cacat dengar pada anak tidak terlihat jelas, terutama bagi masyarakat awam medis. Cacat dengar pada bayi dan anak menyebabkan gangguan berbahasa, baik untuk menerima maupun menyampaikan pesan yang selanjutnya mengakibatkan gangguan sosialisasi dan gangguan emosional.
Tidak jarang terjadi kekeliruan anggapan, anak yang terganggu pendengarannya mulanya diduga menderita gangguan mental atau gangguan tingkah laku. Telinga terdiri atas telinga bagian luar (daun telinga dan liang telinga), telinga tengah (gendang telinga dan ruang telinga tengah), dan telinga bagian dalam (kohlea, organ keseimbangan dan saraf pendengaran).
Gelombang bunyi atau suara berjalan melalui udara, menggetarkan gendang telinga, mengakibatkan bergetarnya cairan endolimf kohlea di telinga dalam yang selanjutnya menggerakkan sel-sel rambut saraf pendengaran. Dalam kohlea inilah terjadi perubahan getaran mekanik menjadi getaran listrik.


Gelombang energi listrik ini kemudian diteruskan melalui saraf pendengaran ke pusat pendengaran di otak, Gangguan di telinga tengah dan luar akan menimbulkan tuli hantaran (konduksi), gangguan di telinga dalam menimbulkan tuli saraf atau tuli sensorineural. Yang terakhir inilah yang umumnya terjadi pada anak yang tunarungu sejak lahir.
Di berbagai negara dilaporkan angka kejadian gangguan pendengaran yang bervariasi, diperkirakan, insiden tuli saraf berat pada bayi baru lahir berkisar antara satu sampai dua per 1000 kelahiran. Menurut WHO ketulian derajat ringan sampai berat di masyarakat mencapai 10%. Sebagiannya dapat dicegah dan disembuhkan, terutama ketulian yang disebabkan peradangan telinga tengah, berdasarkan lokalisasi kelainan di telinga, dikenal berbagai jenis gangguan pendengaran.
Ketulian konduktif (hantaran) jika kelainan terjadi di telinga luar maupun tengah, biasanya disebabkan proses keradangan telinga tengah (otitis media) yang menimbulkan robekan gendang telinga dan keluarnya cairan dari liang telinga (curek atau congekan). Bisa juga terjadi sejak lahir misalnya liang telinga tertutup (atresia).
Ketulian sensorineural (saraf) jika kelainan terjadi di telinga dalam. Biasanya terjadi pada anak yang lahir tuli maupun ketulian karena obat, tuli campuran jika terjadi tuli hantar dan tuli saraf bersamaan seperti pada curek yang lama dan berat sehingga mengenai pula telinga bagian dalam.
Munculnya gangguan pendengaran atau bahkan ketulian diusia bayi atau balita digolongkan sebagai gangguan serius, jika tidak ditangani secara khusus kondisi tersebut dapat berimbas pada terganggunya proses perkembangan berkomunikasi si kecil, yang dipercaya mulai terbentuk dibeberapa tahun pertama paska kelahiran. Secara lebih lanjut, gangguan organ pendengaran tersebut dapat berimbas pada terganggunya perkembangan kognitif, motorik, dan skil sosial si kecil.
Tanda-tanda gangguan pendengaran pada bayi relatif sulit untuk diidentifikasi tanpa bantuan ahli, sehingga mayoritas gangguan pendengaran baru dapat terdeteksi saat si kecil menginjak usia 2 tahun. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, beragam tes untuk mendeteksi ketulian sejak dini sudah tersedia. Jika ayah bunda menduga si kecil mengalami kondisi tersebut, segera temui dokter untuk mendapatkan pememeriksaan lebih lanjut.
Si kecil dapat mengalami kondisi gangguan pada organ pendengaran karena beberapa hal, diantaranya adalah :
1.Infeksi telinga bagian dalam (otitis media)
Sebagian orang indonesia mengenal kondisi ini dengan istilah ‘congek’, yaitu infeksi pada daerah telinga bagian tengah yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi tersebut dapat terjadi saat terkumpulnya cairan dibelakang gendang telinga. Pada anak kecil, cairan tersebut dapat muncul karena bagian-bagian telinga masih belum berkembang sempurna.
2.Bawaan sejak lahir
Beberapa anak terlahir dengan gangguan pendengaran atau keadaan tuli, para ahli menduga hal ini disebabkan oleh faktor genetis atau keturunan. Ganguan telinga bawaan dapat pula dipicu olek kelainan medis seperti diabetes atau toxemia pada ibu yang sedang mengandung, bayi yang terlahir prematur mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran atau ketulian.
3.Penyebab lainnya
Beragam kondisi dapat memicu gangguan pada indra pendengaran si kecil termasuk diantaranya adalah serangan penyakit meningitis atau radang selaput otak, campak, cacar air, radang otak, benturan keras di daerah kepala, terpapar suara keras (diatas 80 db) dalam waktu lama, dan bertumpuknya kotoran telinga.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mengunjungi artikel kami,semoga bermanfaat dan Bila ingin komentar silahkan komentar dengan sopan,.